Beranda | Artikel
Hikmah Adanya Perselisihan Umat Islam - Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 176-178
Rabu, 4 Desember 2019

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Hikmah Adanya Perselisihan Umat Islam – Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 176-178 adalah kajian tafsir Al-Quran yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Kajian ini beliau sampaikan di Masjid Al-Barkah, komplek studio Radio Rodja dan RodjaTV pada Selasa, 5 Dzul Hijjah 1440 H / 06 Agustus 2019 M.

Kajian Tentang Hikmah Adanya Perselisihan Umat Islam – Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 176-178

Allah Ta’ala berfirman:

ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّـهَ نَزَّلَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ ۗ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِي الْكِتَابِ لَفِي شِقَاقٍ بَعِيدٍ ﴿١٧٦﴾

Yang demikian itu dikarenakan bahwasanya Allah telah menurunkan Al-Kitab dengan kebenaran. Dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih dalam Al-Kitab itu benar-benar didalam perselisihan yang jauh.” (QS. Al-Baqarah[2]: 173)

Kata Syaikh Utsaimin Rahimahullah, بَ pada ayat ini mempunyai makna sebab. Selama Al-Kitab ini turun dengan benar, maka seharusnya tidak boleh disembunyikan. Karena mereka (orang-orang ahli kitab) menyembunyikan banyak sekali ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan Allah menyebutkan bahwa mereka sembunyikan itu karena mereka menjual ayat-ayat Allah dengan harga yang murah.

Artinya dikarenakan Allah menurunkan Kitab dengan Al-Haq, tidak sepantasnya mereka untuk menyembunyikan apa yang Allah turunkan tersebut. Karena kewajiban mereka adalah untuk menyampaikan kebenaran walaupun pahit. Dan ini tentunya juga berlaku untuk semuanya, untuk mereka-mereka yang diberikan oleh Allah ilmu berupa Al-Qur’an, berupa hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka tidak boleh mereka menyembunyikan kebenaran hanya karena -misalnya tujuannya- dunia, tujuannya takut kehilangan pengikut. Maka sampaikan walaupun itu terkadang pahit. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

قُلِ الْحَقَّ، وَلَوْ كَانَ مُرًّا

“Ucapkan kebenaran walaupun itu pahit.”

Dari ayat ini, -kata beliau- kita ambil faidah:

Penetapan adanya sebab musabab

Segala sesuatu pasti adanya sebab. Didalam Al-Qur’an lebih dari 100 ayat yang Allah menyebutkan adanya sebab-musabab. Artinya, Allah melakukan suatu perbuatan itu karena adanya sebab. Dan terjadinya suatu karena adanya sebab. Dan ini keyakinan Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

Berbeda dengan orang-orang Jabariyyah. Mereka mengatakan bahwa Allah berbuat tanpa adanya sebab dan tanpa ada hikmah/tujuan. Ini jelas hakikatnya celaan terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Pujian terhadap kitab-kitab Allah

Allah mengatakan, “Yang demikian itu dikarenakan Allah menurunkan Al-Kitab dengan haq.” Disini ada dua sanjungan; pertama, itu turun dari Allah. Kedua, Allah mensifati dengan kebenaran. Berarti kitab-kitab yang Allah turunkan itu membawa kebenaran. Baik itu injil, taurat, zabur, demikian pula Al-Qur’anul Karim. Akan tetapi tentu yang Allah jamin untuk Allah jaga hanya Al-Qur’an saja.

Allah itu Maha Tinggi

Allah mengatakan, “Yang demikian itu dikarenakan Allah menurunkan.” Sedangkan yang namanya menurunkan tentu dari atas ke bawah. Ini menunjukkan bahwa Allah berada di atas. Akan tetapi bukan berarti Allah butuh tempat, sama sekali tidak. Karena Allah tidak serupa dengan makhluk-makhlukNya.

Senantiasa dalam perpecahan

Orang-orang yang senantiasa berselisih dalam kitab-kitab Allah, senantiasa mereka berada dalam perpecahan dan tak akan pernah bisa nyambung pendapat-pendapat mereka itu. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengabarkan bahwa orang Yahudi berpecah-belah menjadi 71 golongan, orang Nasrani menjadi 72 golongan, umat Islam 73 golongan.

Dan perpecahan ini adalah dalam aqidah. Dan tidak mungkin 73 golongan ini untuk direkatkan semuanya. Karena keyakinannya berbeda-beda dan tidak mungkin dipersatukan. Yang satu mencaci-maki sahabat, yang satu meyakini bahwasannya pelaku dosa besar itu kafir, yang satu lagi kebalikannya bahwa pelaku dosa besar itu sempurna imannya (tidak berkurang imannya), yang satu meyakini lagi bahwa akal diatas dalil, yang satu lagi menyakini bahwa akal itu tidak ada fungsinya dalam dalil (kewajiban kita taqlid sama wali).

Tentu pendapat-pendapat ini tidak mungkin dikompromikan, saling bertabrakan satu sama lainnya. Maka yang terpuji tentunya yang mengikuti Al-Qur’an. Itu yang dipuji oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dalam perselisihan itu pasti ada yang benar. Tidak mungkin ada dua pendapat yang saling bertolak-belakang dan keduanya benar. Pasti salah satunya benar. Oleh karena itulah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika mengabarkan umat Islam berpecah menjadi 73 golongan, Rasulullah menyebutkan bahwa yang benar hanya satu. Maka kewajiban kita adalah bersungguh-sungguh mencari yang satu ini.

Apa hikmah besar umat Islam berselisih?

Dengan adanya perselisihan akan terlihat siapa pengikut hawa nafsu dan siapa yang mengikuti dalil. Dengan adanya perselisihan akan terlihat siapa yang bersungguh-sungguh mencari kebenaran dan siapa yang tidak bersungguh-sungguh. Dengan adanya perselisihan akan terlihat siapa yang memang dia tajrid al-mutaba’ahnya luar biasa kepada Allah dan RasulNya dan siapa yang ternyata lebih mengikuti agama nenek moyangnya.

Maka dengan adanya perselisihan terdapat hikmah yang besar. Dengan adanya perselisihan itu akan terpilah dan terpilih. Memang Allah Subhanahu wa Ta’ala ingin memilah dan memilih hamba-hambaNya. Adanya berbagai macam ujian itu Allah ingin saring siapa yang sabar dan siapa yang tidak.

Simak pembahasannya pada menit ke-11:05

Download MP3 Kajian Tentang Hikmah Adanya Perselisihan Umat Islam – Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 176-178


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/47986-hikmah-adanya-perselisihan-umat-islam-tafsir-surat-al-baqarah-ayat-176-178/